A. JUDUL
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
BERBASIS MASALAH BERBANTU KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
BANGUN DATAR KELAS VII SEMESTER II SMP NEGERI II DONOROJO TAHUN PELAJARAN
2009/2010
B. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar
mengajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pelaksanan belajar
tidak selalu lancar dan berhasil didalam belajar, baik formal maupun non
formal, pasti ada hambatan atau kesulitan yang kita sebut sebagai Masalah
Belajar (Max. Darsono, 2001 : 40). Orang tua sering mengeluh dan tidak dapat
berbuat banyak dalam menghadapi berbagai masalah atau hambatan belajar
anak-anaknya. Akibatnya tidak jarang anak-anak siswa yang mempunyai prestasi
pas-pasan atau kurang dari harapan dan lebih fatal harus tinggal kelas atau
drop out. Dengan demikian, masalah belajar yang dihadapi oleh siswa yang
melakukan kegiatan belajar. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasi, dan dikembangkan melalui
proses belajar dan pembelajaran.
Pendidikan matematika
senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan teori belajar,
teknologi, dan tuntutan dalam perubahan sosial (Bambang, 2008 : 5). Sebagaimana
negara lain, saat ini negara kita juga melakukan perubahan dalam pendidikan
matematika mulai dari restrukturisasi kurikulum. Perubahan ini tidak hanya
dipengaruhi oleh perkembangan dari teori-teori belajar, teknologi, dan sosial
masyarakat tetapi juga disebabkan karena faktor-faktor lain seperti: kebutuhan
dan penggunakan matematika, perkembangan teknologi, dan persaingan global. Adanya
persaingan-persaingan menyebabkan banyaknya perubahan di seluruh bidang
kehidupan termasuk di dalamnya bidang pendidikan matematika.
Peningkatan
pengembangan mutu pendidikan merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian.
Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek. Peristiwa tersebut
merupakan suatu kegiatan rangkaian komunikasi antar manusia sehingga manusia
itu tumbuh menjadi manusia yang utuh melalui belajar. Pendidikan sendiri yang
memegang peranan yang sanagat penting dalam era globaliasi karena visi
pendididkan sekarang lebih ditentukan pada pembentukan SDM yang berkualitas.
Tingkat daya serap antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, ada
yang berkemampuan rendah dan ada juga yang berkemampuan tinggi. Ini merupakan
tantangan bagi guru agar dapat memaksimalkan daya serap masing-masing siswa.
Proses belajar mengajar matematika akan berlangsung secara optimal dan efektif
bila direncanakan secara baik.
Salah satu model pembelajaran kooperatif
yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together. Dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads Together maka akan terjadi interaksi
antara siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama-sama menyelesaiakan
masalah yang dihadapi dan memungkinkan siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar. Siswa yang
pandai dan siswa yang lemah secara bersama-sama memperoleh manfaat melalui
aktivitas belajar kooperatif. Model pembelajaran Numbered Heads Together
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mnggunakan ketrampian bertanya,
diskusi, dan mengembangkan kepemimpinan. Jadi dengan memilih model pembelajaran
koopeeratif tipe Numbered Heads Together diharapkan agar hasil tes kemampuan pemecahan
masalah meningkat.
SMP N II Donorojo adalah sebuah SMP yang
terletak di Jl. Ratu Kalinyamat Donorojo Jepara. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran matematika, yakni dengan Bapak Majid, S.Pd selama
ini guru dalam menyampaikan materi cenderung menggunakan pembelajaran
ekspositori. Dalam pembelajaran materi segiempat, guru menggunakan pembelajaran
ekspositori, tetapi siswa cenderung pasif. Pada penelitian ini akan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok
bahasan jajagenjang.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul : KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS MASALAH BERBANTU
KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SEGIEMPAT SISWA KELAS VII SEMESTER II SMP N
II DONOROJO TAHUN AJARAN 2009/2010
C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari terjadinya salah
penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan-penegasan istilah
yang terdapat dalam penelitian ini.
1.
Keefektifan
Keefektifan
berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna
(KBBI, 1997 : 200). Jadi keefektivan adalah usaha atau tindakan yang membawa
keberhasilan. Keefektivan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis masalah berbantu komputer siswa
kelas VII semester II SMP N II Donorojo.
2.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperatif learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009 : 37).
Dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
3.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Numbered
Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran dimana guru membagi peserta
didik menjadi kelas heterogen yang terdiri dari 3-5 orang setiap kelas dan
masing-masing peserta didik diberi nomor yang berurutan (Ibrahim, 2000 : 28).
Selanjutnya, guru memenggil nomor peserta didik secara acak untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
4.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
Berbasis Masalah (problem based learning)
merupakan pembelajaran yang membuat siswa berpikir menyelesaikan masalah.
Menurut Richard Suchman (dalam Sugiyanto, 2009 : 151) guru menyodorkan berbagai
situasi yang membingungkan pada siswa dan mendorong mereka untuk menyelidiki
dan mencari jawabannya sendiri.
5.
Pembelajaran Berbantuan Komputer
Pembelajaran
berbantuan computer (computer assisted instructional/CAI), adalah salah
satu media pembelajaran yang sangat menarik dan mampu meningkatkan motivasi
belajar peserta didik (Bambang, 2008 : 137).
6.
Hasil Belajar Siswa
Hasil
belajar siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis
masalah berbantu komputer yang ditunjukkan dengan nilai akhir dari tes
evaluasi.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka permasalahan yang ingin diungkap dalam penelitian
ini adalah :
Apakah pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbasis masalah berbantu komputer bagi siswa kelas VII SMP N II Donorojo
tahun pelajaran 2009/2010 lebih efektif dibandingkan dengan metode ekspositori?
E.
TUJUAN DAN MANFAAT
1.
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
Untuk
mengetahui hasil belajar matematika pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbasis masalah berbantu komputer siswa kelas VII SMP N II Donorojo tahun
pelajaran 2009/2010 lebih efektif atau tidak dibandingkan dengan metode
ekspositori.
2. Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan :
a. Bagi Siswa
Meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan ketrampilan siswa dalam
memahami soal cerita, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
pembelajaran matematika, mampu mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan
orang lain dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi Guru
Sebagai tolak ukur
keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas, dalam rangka melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar di sekolah. Mendorong munculnya inovasi dan
kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan pendidikan di SMP.
c. Bagi Peneliti
Mendapat menambah pengetahuan
dan pengalaman khususnya yang terkait dengan penelitian dalam pembelajaran
matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis masalah
berbantu komputer, yang kelak dapat diterapkan dalam pengajaran yang nyata.
F. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2008 : 13). Menurut Drs. Slamet, belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian
tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi (Anni, 2009 : 82).
Menurut
(Dimyati, 2006:12) dalam bukunya “Belajar dengan Pembelajaran“ akan dikemukakan
beberapa ahli yang mendefinisikan belajar sebagai, suatu perubahan :
a. Skinner
Belajar
adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak
belajar maka responnya menurun.
b. Gagne
Belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai.
c. Piaget
Belajar
merupakan pengetahuan yang dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri
Pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu
pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematika, dan pengetahuan sosial.
d. Rogers
Belajar
merupakan proses internal yang kompleks yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dalam
melengkapi pengertian dan pemahaman mengenai makna belajar, perlu dikemukakan
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Menurut (Dimyati, 2006 : 7-15),
prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut :
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kegiatan teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin
terjadi belajar. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang.
b. Keaktifan
Sebagai
“Primus Motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar
dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.
c. Keterlibatan Langsung /
Berpengalaman
Belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar
melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung
jawab terhadap halnya.
d. Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti. Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Supaya melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan , berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang.
e. Balikan dan Penguatan
Siswa
selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar
atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil (knowledge of result), yang sekaligus
merupakan penguatan (reinforce) bagi dirinya sendiri.
f.
Perbedaan Individu
Siswa
merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu
pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu pada
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah
laku siswa bertambah, baik kualitas maupun kuantiĆtas. Sesuai dengan pengertian
belajar secara umum maka pengertian pembelajaran adalah statu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah
yang lebih baik. Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran
dapat dikemukakan sebagai berikut (Max Darsono, 2001 : 24-25).
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan
direncanakan secara sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian
dan motivasi siswa dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan
belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar
yang tepat dan menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana
belajar yang aman dan menyenangkan bagi
siswa.
f. Pembelajaran
dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Dari uraian
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar dan pembelajaran berkaitan dan
berhubungan. Belajar itu sendiri adalah serangkaian usaha dan tindakan untuk
mendapatkan pengalaman baru. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan di sengaja dengan tujuan agar pengalaman yang di
dapat menjadi lebih baik.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika
dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang di dalamnya terkandung
upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004 : 1).
Dengan
demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta didiknya,
yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik tentang
matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
peserta didik serta antara peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut.
Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar tertentu. Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan
pola, bentuk dan struktur. Oleh karena itu, penyajian materi matematika dalam
pembelajaran matematika harus didasarkan pada teori psikologi pembelajaran.
Teori Ausubel merupakan salah satu teori psikologi pembelajaran. Menurut
Ausubel (Hudojo, 2003 : 72) bahwa bahan pelajaran yang dipelajari haruslah
‘bermakna’ (meaningfull) yang artinya bahan pelajaran itu cocok dengan
kemampuan peserta didik dan harus relevan dengan struktur kognitif yang
dimiliki peserta didik. Berarti pula bahwa pelajaran baru haruslah dikaitkan
dengan konsep-konsep yang sudah ada sehingga konsep-konsep baru benar-benar
terserap oleh peserta didik. Dengan demikian, intelek emosional peserta didik
terlibat didalam kegiatan belajar mengajar.
Matematika
sebagai suatu pengetahuan yang tersusun menurut struktur, disajikan kepada
peserta didik dengan cara yang dapat membawa ke belajar yang bermakna seperti
pengertian belajar menurut Ausubel tadi. Belajar yang bermakna bertentangan
dengan belajar menghafal. Karena belajar menghafal, peserta didik menghafalkan
materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang telah
diperoleh itu dikembangkan lagi sehingga belajarnya lebih dimengerti.
Jadi dapat
kita simpulkan bahwa matematika adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
kepada siswa guna untuk menciptakan ketrampilan hitung berhitung. Diharapkan
dengan pembelajaran matematika siswa mampu untuk menyelesaiakan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran matematika
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar
tertentu
3.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together
a.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi
siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Model pembelajaran matematika yang lazim diterapkan antara
lain model pembelajaran klasikal, individual, diagnostik, remidial, terprogram,
dan modul (Suherman, 2003 : 7).
Model pembelajaran adalah suatu pola atau
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efisien (Suyitno, 2004 : 1).
Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran
jika:
1)
ada kajian
ilmiah dari penemunya
2)
ada
tujuannya
3)
ada
tingkah laku yang spesifik
4)
ada
kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/kegiatan pembelajaran tersebut
dapat berlangsung secara efektif.
Dari uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu upaya atau
usaha membelajarkan peserta didik agar suasana dan kegiatan belajar dapat
berlangsung dengan baik dan tidak membosankan.
b.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif (cooperative
learning)
Pembelajaran
yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Di dalam kelas
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan pada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Saling
bekerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar (Trianto, 2007 : 41).
Roger dan David
Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Unsur-unsur dasar harus diterapkan
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai
berikut:
1)
Saling
ketergantungan positif.
2)
Tanggung
jawab perseorangan.
3)
Tatap
muka.
4)
Komunikasi
antar anggota.
5)
Evaluasi
proses (Lie, 2005 : 31).
Pembelajaran
kooperatif mempunyai tiga tujuan penting yaitu tentang hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Penjelasann
ketiga tujuan tersebut sebagai berikut (Ibrahim, 2000 : 9-10).
1)
Hasil
Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu peserta didik memahami konsep yang sulit.
2)
Penerimaan
terdahap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif
bertujuan agar peserta didik menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
macam latar belakang. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial.
3)
Pengembangan Keterampilan Sosial
Pembelajaran kooperatif
bertujan untuk mengajarkan kepad sisa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana
banyak kerja orang dewasa swbagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan di ana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Kelebihan
pembelajaran kooperatif menurut Linda Lundgren (Ibrahim, 2000 : 18) adalah
sebagai berikut:
1)
Meningkatkan pencurahkan waktu
pada tugas
2)
Rasa harga
diri menjadi lebih tinggi.
3)
Memperbaiki kehadiran.
4)
Angka putus sekolah jadi lebih
rendah.
5)
Penerimaan terhadap individu
jadi lebih besar.
6)
Perilaku mengganggu menjadi
lebih kecil.
7)
Konflik antara pribadi
berkurang.
8)
Memperbaiki sikap terhadap IPA
dan sekolah.
9)
Sikap apatis berkurang.
10) Pemahaman
yang lebih mendalam.
11) Motivasi
lebih besar.
12) Hasil
belajar lebih tinggi.
13) Retensi
lebih lama.
14)
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie, 2008. Cooperatif
Learning. Jakarta : Grasindo.
Anny, Chatarina, dkk. 2009.
Psikologi Pendidikan. UNNES PRESS
Arikunto, Suharsini. 2002. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Bambang, Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar
dan Pembelajaran. IKIP Semarang PRESS
Dimyati dan Mdjiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bachri. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Hudojo, Herman. 2003. Pembelajaran
Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. UNIVERSITAS NEGERI MALANG PRESS