Jumat, 24 Februari 2012

Perkembangan Peserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa anak-anak banyak sekali hal yang bisa dipelajari dan dijadikan sebagai bahan penelitian, baik itu yang sifatnya ilmiah ataupun hanya sekedar memnuhi rasa ingin tahu bagaimana sebenarnya dunia anak itu. Yang jelas terjadi banyak perbedaan yang sangat mencolok dari dunia anak pada jaman dahulu dengan sekarang yang mana dari kesemuanya terdapat efek bagi perkembangan anak itu sendiri. Dunia anak bisa dikatakan menyimpan begitu banyak misteri yang kadang bisa dipecahkan oleh orang dewasa dan kadang pula belum bisa terpecahkan. Seseorang biasa dikatakan sebagai anak bila usianya mulai dari 1 sampai dengan 12 tahun.
Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi pada saat ini juga berdampak pada kehidupan anak, baik itu yang sifatnya global atau menyeluruh maupun yang sebagian saja. Kadang banyak anak-anak yang sudah tidak mendapatkan haknya sebagai anak selayaknya.
Pertumbuhan “cognition” (kognisi) yang merupakan proses psikologis yang terlihat dalam memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan merangkap kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, meningat, berbahasa, belajar, memecahkan persoalan dan sebagainya untuk anak-anak dan remaja, tumbuh melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkunganlah yang dapat memberi kemungkinan banyak-banyak, untuk itu kapan anak siap untuk belajar dan bagaimana perkembangan kognisi anak itu berlangsung. Hal ini penting untuk menghindari mengajar sebelum siap belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian intelek itu ?
2. Bagaimana hubungan intelek dengan tingkah laku ?
3. Seperti apakah karakteristik perkembangan intelek?
4. Apasajakah faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek pada anak ?
5. Bagaimanakah perbedaan individual dalam perkembangan intelek ?
6. Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan intelek pada peserta didik ?

C. Tujuan Penulisan
• Menjelaskan pengertian intelek.
• Menelaah hubungan intelek dengan tingkah laku.
• Menjelaskan tentang karakteristik perkembangan intelek peserta didik.
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek.
• Menerangkan perbedaan individual dalam perkembangan intelek.
• Menjabarkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan intelek peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelek
Istilah intelek berasal dari perkataan “intellect” (bahasa Inggris) yang berarti : (1) proses kognitif berfikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2) kemampuan mental atau intelegensi.
1. Mahfud Shlahudin dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Psikologi Umum” dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan-hubungan dari proses berfikir. Selanjutnya dikatakan bahwa orang yang intelegent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam tempo yang lebih singkat, bisa memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat.
2. Wiliam Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian intelegensi, mengatakan bahwa intelegensi ialah kemampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dari pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartono, 1984 :101).
3. Leuis Hedison Terman berpendapat bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty., 1982 :128). Dalam hal ini Terman membedakan antara “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang konkrit dan “ability” yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Oarang dikatakan intelegent menurut Terman, jika orang tersebut dapat berfikir secara abstrak dan baik.
Intelegensi yang memiliki arti kemampuan untuk skema-skema berfikir dan abstraksi-abstraksi, juga berkenaan dengan berfikir logis dan cepat, sehingga dengan kemampuan tersebut orang dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Menurut Piaget “intelect” ialah akal budi berdasarkan aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses-proses berfikir yang yang lebih tinggi. Sedangkan “intelegence” atau intelegensi menurut Piaget diartika sama dengan “kecerdasan”, yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan- kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, belajar, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Dalam bahasa Piaget dapat dikatakan bahwa intelegensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi-situasi baru.

B. Hubungan Intelek atau Intelegensi dengan Tingkah Laku
Piaget menganggap relasi relatif antara oragnisme (subjek) yang aktif. Apa yang dikatakan oleh Piaget ini kenyataannya memang benar, sebab organisme (subjek) tidak pernah pisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam penerima yang pasif. Hubungan atau relasi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat interaksi timbal-balik. Hanya dalam bentuk interaksinya juga setiap perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dialektis pengaruh timbal-balik antara organisme dan lingkungannya. Itulah alasannya teori Piaget dalam hal ini disebut teori “interaksionisme”.
Pendirian dasar Piaget ialah bahwa setiap organisme memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan itu juga intelegensi sebagai bentuk khusus dari penyesuaian, baru dapat kita mengerti berkat dua proses yang saling mengisi yaitu asimilasi dan akomodasi. Organisme sebagai suatu sistem dapat bergaul dengan lingkungannya karena organisme mengakomodasi struktur kognitifnya sedemikian rupa sehingga objek yang baru dapat ditangkap dan dipahami secara memadai. Asimilasi menyangkut proses di aman pengalaman-pengalaman baru dimasukkan dan digabungkan dengan struktur psikologis yang telah ada pada diri subjek. Struktur psikologis ini disebut “skema” yaitu kerangka mental yang dipakai subjek untuk menafsirkan hal-hal yang dilihat atau didengar. Suatu skema menyusun pengamatan-pengamatan dan tingkah laku sehingga terjadilah suatu rangkaian tertentu dari tidnakan fisik dan mental, sehingga individu dapat memahami lingkungannya. Selama perkembangan mental, timbulah bermacam-macam skema namun kenyataan bahwa dalam berfungsinya intelektual, selalu terdapat sejenis skema yang merupakan kondisi yang invariant (tetap).
C. Karakteristik Perkembangan Intelek
Sebagaimana telah diuraikan diuraikan di atas bahwa Piaget membagi empat taraf pokok dalam perkembangan inteletual yaitu : (1) taraf perkembangan sensori-motoris: (2) taraf pra-operasional; (3) taraf konkrit-operasional; dan (4) taraf formal-operasional.
1. Pada taraf pertama yaitu taraf sensori-motoris yang berjalan sejak lahir sampai umur dua tahun. Taraf ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Segala tindakan-tindakan tergantung pada naluri.
b. Aktivitas pengalaman tergantung langsung melalui pengalaman inderawi.
c. Anak melihat dan meresapi apa yang terjadi, tetapi belum mempunyai cara untuk mengkategorikan pengalaman itu.
d. Pada taraf ini individu mulai belajar menangani objek-objek konkrit melalui skema-skema sensori-motorisnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan di sini bahwa taraf sensori-motoris dapat dibagi lagi menjadi enam fase yang setiap fase memiliki ciri-ciri tersendiri. Fase-fase dan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fase pertama (umur satu bulan), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Individu mampu berfikir reflek.
2) Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum terkodinir.
3) Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai kesan yang diterima dari lingkungannya.
b. Fase kedua (1-4 bulan), memiliki ciri : Individu mampu memperluas skemata yang dimilikinya secara hereditas.
c. Fase ketiga (4-8 bulan), memiliki ciri : Individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuaannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d. Fase keempat (8-12 bulan), memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Individu mampu memahami bahwa benda “tetap ada” meskipun untuk sementara waktu hilang dan waktu yang akan datang muncul lagi.
2) Individu mulai mampu melakukan berbagai eksperimen.
3) Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada oarang tua.
e. Fase kelima (12-18 bulan), memiliki ciri-ciri :
1) Individu mulai mampu untuk meniru.
2) Individu mampu untuk melakukan berbagai eksperimen terhadap lingkungannya secara lebih lancar.
f. Fase keenam (18-24 bulan) bercirikan
1) Individu mulai mampu untuk mengingat dan berfikir.
2) Individu mampu untuk berfikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana.
3) Individu mampu berfikir untuk memecahkan masalah sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4) Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang.
2. Taraf kedua yaitu taraf perkembangan pra-operasional (2-6 tahun) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Individu telah mengkombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi.
b. Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide.
c. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab-akibat dalam suatu peristiwa konkrit, meskipun logika hubungan sebab-akibat belum tepat.
d. Berfikir egosentris merupakan ciri khas dari taraf kedua ini. Tingkah laku individu yang sedang berfikir egosentris adalah sebagai berikut :
1) Berfikir imaginatif
2) Berbahasa egosentris
3) Memiliki aku yang tinggi
4) Menampakkan dorongan inging tahu yang tinggi
5) Perkembangan bahasa mulai pesat.
3. Taraf ketiga yaitu taraf konkrit-operasional (7-11 tahun). Ciri khas dari taraf ketiga ini adalah “segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami”. Jadi cara berfikir individu konkrit belum menangkap yang abstrak, meskipun cara berfikirnya sudah nampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati anak atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Oleh sebab itu individu hanya mampu memecahkan masalah-masalah yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah yang bersifat verbal.
4. Taraf keempat yaitu formal-operasional (11 tahun ke atas). Ciri khas yang dimiliki oleh anak/individu pada taraf ini adalah individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Beberapa ciri lain pada taraf ini, ialah :
a. Individu/anak mulai mmapu berfikir logis dengan o bjek-objek yang abstrak.
1) Individu/anak mulai mampu untuk mengintropeksi diri sendiri, sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
2) Individu/anak mulai mampu untuk membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai oarang dewasa.
3) Individu/anak mulai mampu untuk menyadari dan memperhatikan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.
Dengan tercapainya berbagai kemampuan yang dicirikan seperti tersebut di atas, maka individu/anak telah mencapai kemampuan berpikir sebagai orang dewasa.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Pada garis besarnya hanya ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek anak yaitu faktor heriditas dan faktor lingkungannya. Namun kenyatannya pengaruh itu sering terjadi dari interaksi antara keduanya.
1. Faktor Heriditas
Semenjak dalam kandungan anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja inetelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berfikir staraf normal, di atas normal, dan di bawah normal. Namun potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karenanya peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berfikir. Cara-cara yang digunakan misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memusakan dorongan ingin tahu anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Pemberian kesempatan atau pengalaman tersebut sudah tentu menuntu perhatian orang tua.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak. Dalam hal ini guru hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara di antaranya ialah :
1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman, sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.
2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu seperti objek budaya, ilmu pengetahuan, dan sebagainya yang sejenis sangat menunjang perkembangan intelektual para peserta didik.
3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik perkembangan intelektualnya akan terganggu juga.
4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkikan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.

E.Perbedaan Individual dalam Kemampuan/Perkembangan Intelek
Secara heriditas individu telah memiliki potensi-potensi yang membawa kemungkinan-kemungkinan tertentu pula dalam perkembangan berfikir atau perkembangan intelektual mereka. Potensi tersebut berkembang atau tidak tergantung pada lingkungan, hal ini bahwa anak akan memiliki kemampuan berfikir normal, di atas normal, atau di bawah normal, sangat tergantung pada lingkungan.
Suatu kenyataan, bahwa manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial termasuk juga intelegensinya. Dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas, akan tempak perbedaan-perbedaan individual dalam belajar serta dalam diri peserta didik. Di dalam kelas ada siswa yang cepat, lambat, dan ada pula yang sedang dalam penguasaan hasil belajar. Ada pula siswa yang baik dan siswa yang kurang baik.
Jadi yang dimaksud dengan perbedaan individual ilah perbedaan dalam kemampuan dan perbedaan dalam kecepatan belajar. Dalam proses belajar-mengajar secara individual, tidak akan timbul banyak masalah, karena dapat diadakan penyesuaian dengan kondisi dan kebutuhan anak tersebut. Sebaliknya dalam proses belajar mengajar secara klasikal, akan timbul banyak masalah yang bervariasi dalam jumlah maupun jenis, sejalan dengan bervariasinya kebutuhan dan keadaan peserta didik. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri mereka, baik dalam kemampuan, keterampilan, maupun sikap belajar, kualitas proses belajarnya dan dalam hasil belajar yang meliputi jenis dan tingkat hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam hal ini, tugas pendidikan dimaksudkan untuk menyediakan suatu lingkungan di mana setiap peserta didik, baik yang berkemampuan kurang, rata, atau lebih, mendapat kesempatan untuk mewujudkan potensi peserta didik secara optimal. Sistem pendidikan yang melalaikan atau setidak-tidaknya kurang memberikan perhatian khusus kepada kelompok berkemampuan lebih atau kurang, dapat disebut sebagai sistem yang mengandung kepincangan.

F.Usaha-usaha Membantu Mengembangkan Kemampuan Intelektual Remaja dalam Proses Pembelajaran
Ditinjau dari segi pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran yang peling penting adalah bahwa potensi setiap individu termasuk kemampuan intelektual, dipupuk dan dikembangkan, agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud.
Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat menumpuk kemampuan intelektual anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis (Conny Semiawan, 1984:11).
Anak akan merasa aman secara psikologis, apabila :
1.Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.
2.Pendidik mengusahakan suasana di mana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Memang kenyataannya pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak bersifat atau mempunyai dampak mengancam.
3.Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memhami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Dalam suasana ini anak akan merasa aman untuk mengungkapkan ide-idenya.
Anak atau remaja akan merasakan kebebasan psikologis jika orang tua dan guru memberi kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Sebagai mahluk sosial, mengungkapkan pikiran perasaan dalam tindkan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam masyarakat menuntut seseoarang untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Teori Piaget mengenai pertumbuhan kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas adalah sebgai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif. Pengamlaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukkan pertumbuhan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minmal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk perkembangan intelektual.

BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan
Intelegensi/intelek adalah kemampuan berfikir dan juga berkenaan dengan erfikir logis dan cepat, sehingga dengan kemampuan tersebut orang dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Pertumbuhan “cognition” (kognisi) yang merupakan proses psikologis yang terlihat dalam memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan merangkap kegiatan mental untuk anak-anak dan remaja tumbuh melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi pada saat ini juga berdampak pada kehidupan anak.

B.Saran
•Kepada guru untuk lebih memperhtikan dan mengamati perkembangan intelek peserta didik.
•Kepada mahasiswa agar lebih memahami perkembangan intelek peserta didik sebagai bekal menjadi guru.


DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, Sugeng. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Semarang : IKIP SMG PRESS.
Sumantri. Mulyadi. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar