A. Judul
pengaruh model pembelajaran
make a match dan snowball trhowing terhadap hasil belajar siswa pada MATA PELAJARAN MATEMATIKA kelas
ii semester 2 SD NEGERI SAMBIROTO 02 KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG tahun
pelajaran 2011/2012
B. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam
kehidupan kita karena pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar
dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia sepenuhnya agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif mandiri
dan bertanggung jawab. Pendidikan merupakan transfer
of knowledge yang dilakukan guru kepada anak didiknya.
Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan
di Indonesia.
Namun keluhan tentang kesulitan belajar masih banyak dijumpai. Tujuan
pendidikan tidak akan berhasil tanpa usaha yang dilakukan oleh guru dalam
penyusunan model pembelajaran. Tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa belajar secara berdaya
guna dan berhasil guna. Suatu upaya agar tercipta kondisi yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar secara optimal yaitu dengan melaksanakan
pembelajaran yang menggunakan model yang dapat membuat siswa belajar dengan
perasaan yang menyenangkan agar siswa dapat ikut tertarik mengikuti pelajaran,
agar tercipta pendidiakn yang berkualitas yang sangat diperlukan untuk mendukung
terciptanya manusia cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi banyak problem
permasalahan itu pasti tidak semua permasalahan matematis, namun matematika
memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian
itu. Tidak sedikit guru merasa kesulitan dalam membelajarkan siswa bagaimana
menyelesaikan problem matematika. Kesulitan itu lebih disebabkan suatu
pandangan yang menyatakan suatu jawaban akhir dari suatu permasalahan merupakan
tujuan utama dari pembelajaran. Prosedur siswa dalam menyelesaikan permasalahan
kurang bahkan tidak diperhatikan oleh guru karena terlalu berorientasi pada
kebenaran jawaban akhir. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesain suatu
problem yang dikemukakan siswa merupakan tujuan utama dalam pembelajaran
pemecahan masalah matematika (Suherman, 2001: 113).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berfikir matematika, maka
matematika diberikan kepada semua peserta didik dengan kemampuan berfikir
logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif. Dalam proses pembelajaran
khususnya mata pelajaran matematika banyak dijumpai permasalahan kurangnya
minat siswa, karena kebanyakan dari mereka menganggap matematika merupakan
pelajaran yang banyak menggunakan rumus sehingga seorang guru harus menggunakan
model pembelajaran yang sedemikian hingga siswa bisa termotivasi untuk
mengikuti pelajaran matematika.
Guru haruslah pandai mengelola model pembelajaran. Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru masih menggunakan model pembelajaran
ekspositori sehingga siswa masih kurang dalam hal kemampuan kerja sama, berpikir
kritis dan sikap sosial. Selain itu, model ini juga membuat siswa merasa jenuh
karena mereka tidak bisa menumbuhkan kerjasama dan mengembangkan sikap sosial
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dimana kemampuan tersebut dapat
berdampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kejenuhan siswa di SD
itu perlu diatasi dengan adanya perubahan model pembelajaran yang digunakan
guru. Model pembelajaran yang mampu
menjadikan situasi proses belajar-mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang
lebih mengaktifkan siswa untuk membaca dan memecahkan masalah sendiri dibawah
pengawasan dan bimbingan guru. Pemilihan model ini dapat dilakukan melalui
kerjasama yang aktif dan kteatif antara guru dengan siswa. Salah satu model
yang dapat dilakukan adalah model pembelajaran aktif yang humanis, partisiSemarangf
dan memperhatikan keragaman siswa dalam proses belajar-mengajar (Zaini, 2007:
xvi).
Model yang
bisa digunakan adalah model pembelajaran Make
A Match dan model pembelajaran Snowball
Throwing. Model pembelajaran Make A
Match dan Snowball Throwing
dimana siswa melakukan aktivitas bersama teman sekelasnya untuk mencari
pasangan soal atau jawaban dan mendiskusikan permasalahan tersebut besama-sama.
Model ini akan berjalan maksimal jika pembelajaran melalui pendekatan belajar
aktif sehingga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan.
SD Negeri 02 Sambiroto Kecamatan Tembalang adalah
SD yang berada di Desa Sambiroto Kecamatan Tembalang Kaupaten Semarang. Dari hasil
pengamatan di kelas II SD Negeri 02 Sambiroto Kecamatan Tembalang diketahui
bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 6,5. Berdasarkan
uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Make a
Match dan Snowball Trhowing Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas ii Semester 2 SD Negeri Sambiroto 02
Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”.
C.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
permasalahan yang dapat didentifikasi sebagai berikut.
1. Mengapa hasil belajar pada mata
pelajaran Matematika di kelas II SDN Sambiroto 02 rendah?
2. Mengapa hasil belajar pada mata
pelajaran Matematika di kelas II SDN Sambiroto 02 perlu ditingkatkan?
3. Bagaimana cara meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran Matematika di kelas II SDN Sambiroto 02?
4. Apakah yang harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika di kelas II SDN Sambiroto
02?
D.
Pembatasan Masalah
Untuk mengefektifkan proses penelitian,
peneliti memberikan batasan pekajian masalah yang akan diteliti yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitan ini dilaksanakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa dari segi afektif, kognitif dan psikomotorik. Model pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Make a Match dan Snowball Trhowing. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai penelitian adalah
mata pelajaran Matematika di kelas II SDN Sambiroto 02. Penelitian ini
direncanakan pada Tanggal 4 sampai 27 Januari 2012.
E.
Penegasan
Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman
istilah dalam judul di atas maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan
oleh penulis sebagai berikut:
1. Pengaruh
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari
sesuatu yang berkuasa atau berkekuatan (KBBI, 2005).
2. Model Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran Make A Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau
ulang materi pembelajaran dengan memberi
kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan
sekelas (Hamruni, 2009: 290).
3. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif, baik dari segi fisik, mental, dan emosionalnya yang diramu dengan
kegiatan melempar pertanyaan seperti melempar bola salju (Rahmad, 2009).
4. Hasil Belajar
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan dan seterusnya) oleh usaha (KBBI, 2005). Belajar adalah berusaha
(berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian (KBBI, 2005).
Jadi, penelitian ini dapat diartikan suatu
penelitian ilmiah untuk mengetahui perbandingan hasil belajar matematika yang
akan diperoleh siswa apabila seorang pengajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dan model pembelajaran Snowball Throwing.
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Apakah
ada perbedaan hasil belajar siswa antara yang diberikan model pembelajaran Make A Match dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas ii Semester 2 SD Negeri Sambiroto 02 Kecamatan Tembalang Kota Semarang
Tahun Pelajaran 2011/2012?”
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan hasil perumusan dan hasil
pemecahan masalah di atas maka peneliti
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.
Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil
belajar matematika melalui model pembelajaran Make A Match dan Snowball Throwing.
b.
Tujuan khusus
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika,
sehingga diharapkan hasil belajar akan meningkat.
2.
Manfaat
Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat yang berarti bagi:
a.
Siswa
1)
Memudahkan siswa dalam mempelajari materi .
2)
Siswa menjadi tertarik terhadap matematika sehingga termotivasi belajar
matematika.
b.
Bagi guru
1)
Guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam melakukan
pembelajaran.
2)
Guru dapat mengadakan refleksi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran.
c.
Bagi peneliti
1)
Dapat menguji perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Snowball Throwing dengan bantuan modul.
2)
Sebagai latihan sebelum menghadapi proses pembelajaran yang sesungguhnya.
H.
Landasan Teori
1.
Pengertian
Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi denga
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Dimyati (2006: 295) belajar adalah kegiatan individu untuk
memperoleh pengetahan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan
belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif,
afektif, psikomotor. Menurut Gagne (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 22)
belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Menurut Slameto (2010: 2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti: perubahan pengetahuan,
pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu :
a.
Perubahan yang terjadi secara sadar
b.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d.
Perubahan dalam belajar bersifat sementara
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f.
Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto,
2010: 3-4).
Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati. Karena itu orang
cenderung memverikasikan tingkah laku yang akhirnya tersusunlah suatu model
yang menjadi prinsip-prinsip belajar yang bermanfaat sebagai bekal untuk
memahami, mendorong, dan memberi arah kegiatan belajar.
2.
Prinsip-prinsip
Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh
setiap siswa secara individual adalah sebagai berikut:
a.
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar setiap
siswa diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk
mencapai tujuan intruksional.
b.
Sesuai hakikat belajar
Belajar adalah proses
kontinguitas (hubungan antara pengertian yang lain) sehingga mendapat
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan.
c.
Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari
Belajar bersifat
keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana,
sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
d.
Syarat keberhasilan belajar
Belajar memerlukan
sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang (Slameto, 2010: 27-28).
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut Slameto
belajar siswa dipengaruhi oleh:
a.
Faktor-faktor intern
1)
Faktor jasmaniah
a)
Faktor kesehatan
Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu pula, agar
seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahankan kesehatan badannya
tetap terjamin.
b)
Cacat tubuh
Hendaknya siswa yang
mengalami cacat tubuh, belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
2)
Faktor psikologi
a)
Intelegensi
Siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai
tingkat intelegensi yang rendah.
b)
Perhatian
Untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya.
c)
Minat
Minat mempunyai
pengaruh besar terhadap belajar, karena bila bahan yang dipelajarinya tidak
sesuai dengan minat siswa maka, siswa tidak akan belajar dengan baik.
d)
Bakat
Bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik,
karena siswa menyukai pelajaran tersebut.
e)
Motif
Dalam proses belajar
haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat dengan baik
atau dalam diri siswa mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar.
f)
Kematangan
Belajar akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang), jadi kemajuan baru untuk memiliki
kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g)
Kesiapan
Kesiapan perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan memiliki
kesiapan maka hasil belajar akan lebih baik.
3)
Faktor kelelahan
a)
Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani
terjadi karena kekacuan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah
kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
b)
Kelelahan rohani
Kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b.
Faktor-faktor ekstern
1)
Faktor keluarga
a)
Cara orang tua mendidik
Cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
b)
Relasi antar anggota keluarga
Demi kelancaran
belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik didalam
keluarga anak tersebut.
c)
Suasana rumah
Didalam suasana rumah
yang tenang dan tentram selain anak betah tinggal dirumah, anak juga dapat
belajar dengan baik.
d)
Keadaaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
e)
Pengertian orang tua
Anak belajar perlu
ada dorongan dan pengertian orang tua.
f)
Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan
atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
2)
Faktor sekolah
a)
Metode belajar
Metode belajar yang
digunakan guru kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik
pula.
b)
Kurikulum
Kurikulum diartikan
sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, sehingga kurikulum yang
baik berpengaruh terhadap belajar.
c)
Relasi guru dan siswa
Guru yang kurang
berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar
kurang lancar.
d)
Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi
yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap belajar siswa.
e)
Disiplin sekolah
Agar siswa belajar
lebih maju, maka siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah
dan di perpustakaan serta memiliki guru dan staf yang disiplin pula.
f)
Alat pelajaran
Mengusahakan alat
pelajaran yang baik dan lengkap perlu dilakukan agar guru dapat mengajar dengan
baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran serta dapat belajar dengan baik
pula.
g)
Waktu sekolah
Pemilihan waktu yang
tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.
h)
Standar pelajaran di atas ukuran
Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan siswa masing-masing.
i)
Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa
yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan
gedung harus memadai didalam setiap kelas.
j)
Metode belajar
Dengan cara belajar
yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu.
k)
Tugas rumah
Guru jangan terlalu banyak memberikan
tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga siswa tidak mempunyai waktu.
3)
Faktor masyarakat
a)
Kegiatan siswa dalam masyarakat
Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat
supaya jangan sampai menggangu belajarnya.
b)
Media masa
Siswa perlu
mendapatkan bimbingan dan kontrol terhadap media masa yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik,
baik didalam keluarga dan masyarakat.
c)
Teman bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu siswa memiliki teman
bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik pula serta pengawasan dari
orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
d)
Bentuk kehidupan masyarakat
Perlu untuk
mengusahakan lingkungan yang baik untuk
siswa agar dapat memberi pengaruh yang
positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
(Slameto, 2010:
54-71)
4.
Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, 2006: 7). Benyamin S. Bloom
mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Ranah kognitif mencakup aspek
berikut :
1)
Pengetahuan
Pengetahuan dilihat
dari segi proses belajar adalah menghafal dan mengingat agar dapat menguasai
konsep.
2)
Pemahaman
Pemahaman
memiliki tingkatan lebih tinggi dari daripada pengetahuan. Dalam, memahami perlu
lebih dahulu mengetahui atau mengenal.
3)
Aplikasi
Aplikasi
merupakan penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus.
4)
Analisis
Analisis merupakan
usaha memilih atau integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga
jelas hirearkinya atau susunannya.
5)
Sintesis
Sintesis merupakan
penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
6)
Evaluasi
Evaluasi merupakan
pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, metode,
material dan lain-lain.
(Sudjana, 2006: 22-31).
b.
Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Kategori ranah
afektif adalah sebagai berikut :
1)
Reciving/attending (penerimaan)
Semacam kepekaan
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2)
Responding (jawaban)
Reaksi yang
diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3)
Valuing (penilaian)
Berkenaan dengan
nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.
4)
Organisasi
Pengembangan dari nilai
ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai
lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5)
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
Keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya.
(Sudjana, 2006: 22-31).
c.
Ranah Psikomotorik (psychomotoric
domain)
Ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemauan bertindak. Ranah
psikomotor mencakup aspek:
1)
Gerakan refleks
Kemapuan pada
gerakan yang tidak sadar.
2)
Ketrampilan gerakan dasar
Ketrampilan yang
meliputi gerakan-gerakan dasar.
3)
Kemampuan perseptual
Kemampuan yang dapat
membedakan visual, auditif, dan motoris.
4)
Kemampuan di bidang fisik
Kemampuan ini
meliputi kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5)
Gerakan-gerakan skill
Dimulai dari
ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks.
6) Gerakan ekspresif dan interpretative
Kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decutsive.
(Sudjana, 2006: 22-31).
5.
Pembelajaran
Matematika
Setiap guru matematika Sekolah Dasar (SD)
mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain memahami dengan baik
cara peserta didik belajar matematika untuk pembelajaran yang dilaksanakannya.
Memahami cara mengerjakan matematika efektif, menggunaka cara-cara pembelajaran
matematika serta memahami dan menerapkan cara memanfaatkan alat bantu belajar
matematika SD.
Pembelajaran matematika
di SD merupakan suatu permasalah yang menarik, karena adanya perbedaan
karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Anak usia SD sedang
mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Hal ini terjadi karena tahap
berfikir mereka masih belum stabil, malahan pada siswa di kelas-kelas rendah
bukan tidak mungkin pada tahapan
operasional konkrit.
Matematika merupakan
disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika dibandingkan dengan displin ilmu
yang lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula
kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus
memperhatikan kemampuan belajar yang sesuai hakekat matematika (Hudoyo, 1990:
1).
Dalam pembelajaran matematika perlu diciptakan
suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa siap
menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis (Darsono dkk, 2001: 24).
Belajar-mengajar adalah kegiatan yang terjadi
dalam satu kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda. Kegiatan siswa belajar
dan guru mengajar berlangsung dalam proses yang bersamaan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ini berarti hubungan aktif antara guru dan siswa, siswa dengan
siswa yang lainnya berlangsung dalam kaitan tujuan instruksional. Pelaksanaan
interaksi senantiasa diperhitungkan untuk mencapai tujuan instruksional,
sedangkan untuk mencapai tujuan instruksional tersebut diperlukan bahan, strategi,
situasi, serta evaluasi (Sudjana, 2006: 2).
Bahan diperlukan sebagai isi interaksi,
strategi menyangkut cara menyampaikan bahan atau isi interaksi itu. Situasi
adalah kondisi yang memungkinkan proses interaksi itu dapat berlangsung dengan
baik dan evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan
insruksional.
6.
Model
Pembelajaran Make A Match
a.
Pengertian Metode Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran Make A Match
dikembangkan oleh Lorna Curron. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan. Strategi ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan siswa (Isjoni, 2010: 77).
Teknik mencari pasangan atau Make A
Match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun materi barupun tetap
bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan siswa diberi tugas
mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk
kelas siswa telah memiliki bekal pengetahuan. Problem yang diformulasikan
memiliki multi jawaban dan soal yang akan diberikan. Contoh penerapan model
pembelajaran Make A Match dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika pembelajaran berlangsung guru memberikan
soal beserta pasangan jawabannya secara acak kepada siswa yang kemudian siswa
mencari pasangan dari jawaban atau soal yang telah diberikan. Kegiatan
pembelajaran harus membawa siswa dalam mencari pasangan jawaban atau soal yang
telah diberikan oleh guru.
Penerapan model Make A Match (dalam Isjoni, 2010:77) dari beberapa temuan bahwa model Make A Match dapat memupuk kerja sama
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan
siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat mencari pasangan kartu (Isjoni,
2010: 77).
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Make A
Match yaitu sebagai berikut:
1) Membuat
potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas.
2) Mengisi
kertas-kertas tersebut dengan jawaban atau soal sesuai materi yang telah
diberikan.
3) Mencocokkan
semua kartu sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
4) Membagikan
soal atau jawaban kepada siswa.
5) Memberi
setiap siswa satu kertas dan menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separohnya akan
mendapat jawaban.
6) Meminta
semua siswa untuk membentuk huruf U atau berhadapan.
7)
Meminta
siswa menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta
mereka untuk duduk berdekatan, terangkan juga agar mereka tidak memberi tahu
materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8)
Menambahkan
langkah-langkah model Make A Match
yaitu setelah setiap siswa menerima potongan kertas, mereka diberi waktu untuk
memikirkan jawaban atau soal dari kertas yang diterimanya. Setiap siswa yang
dapat menemukan pasangannya dengan tepat sebelum batas waktu diberi poin atau
nilai.
9)
Mendiskusikan
soal yang telah diterima dengan kelompok pasangan.
10) Mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan diskusi
(Tharmizi, 2010).
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Make A Match
Keunggulan pembelajaran
model Make A Match, antara lain:
1)
Siswa berpartisipasi lebih aktif dan menyenangkan dalam
pembelajaran.
2)
Siswa
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan komprehensif.
3)
Siswa
dengan kemampuan fisika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka
sendiri.
4)
Siswa
secara intrinsik dapat memberikan bukti dan penjelasan.
5)
Siswa
memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
6)
Materi
pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
Dari
perspektif di atas, model Make A Match menjanjikan suatu kesempatan
kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya
sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tidak lain adalah agar kemampuan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara maksimal. Inilah yang menjadi pokok
pikiran pembelajaran dengan model Make A
Match, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara
matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai strategi.
7.
Model Pembelajaran Snowball Throwing
Dibentuk
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing yaitu sebagai berikut
:
a. Guru menyampaikan
materi yang akan disajikan.
b.
Membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk member
penjelasan tentang materi
c.
Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan kembali materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
e.
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu siswa ke siswa lain selama ± 1 menit.
f.
Setelah siswa dapat satu bola dan satu pertanyaan, diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut secara bergantian.
g.
Memberikan evaluasi
h. Mengakhiri kegiatan
pembelajara dan menyimpulkan.
(Suprijono, 2009:128)
8. Kerangka Berpikir
Dalam menumbuhkan hasil
belajar yang tinggi, khususnya dalam pelajaran matematika yang dianggap sebagai
pelajaran yang menakutkan adalah menjadi tanggungjawab bersama, oleh sebab itu
diperlukan pendekatan pembelajaran yang memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat mengetahui perbedaan individual siswa, lebih mengaktifkan siswa
dan guru mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan
belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah Make A Match dan Snowball Throwing.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional
Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Dimyati dan
Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudoyo. 1990. Strategi Belajar
Matematika. Malang: IKIP Malang
Husaini, Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2010. Cooperative learning. Bandung :
Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2006. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suherman, Dkk.
2003. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : FPMIPA universitas Pendidikan Indonesia.
Suprijono. 2009. Cooperative Learning
Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka
Pelajar.
Tim penyusun kamus. 2004. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zaini. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta
: CTSD.
sukses trs.....moga ni dta dpt bantu dlm menuju skripsi aku....
BalasHapus